HERU SRI KUMORO/HARIAN KOMPAS
Ilustrasi: Perajin blangkon di Jebres, Solo, Jawa Tengah. Di sini akan berdiri kawasan terpadu dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah yang sarat dengan teknologi.
Selasa, 19 Mei 2009 | 16:10 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Sonya Helen Sinombor
SOLO, KOMPAS.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bertekad menjadikan Kota Solo sebagai kota vokasi dan pusat inovasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tekad itu disusul dengan rencana dibangunnya Solo Technopark sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan.
Wacana tersebut mengemuka dalam acara soft launching Solo Technopark, Selasa (19/5) di Gedung Pusat Riset and Development (R&D). Solo Technopark merupakan kawasan terpadu menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan teknologi, di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.
Meskipun pembangunan kawasan baru mencapai 30 persen, Pemkot Solo menggelar soft launching kawasan tersebut di Gedung Pusat Research and Development (R&D). Gedung itu kini digunakan oleh para peserta pendidikan dan latihan Surakarta Competency and Technology (SCTC).
Gedung riset dan pengembangan tersebut merupakan tempat pendidikan dan pelatihan mekanik, las, bisnis inkubator, dan pusat pelayanan inovasi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Selain gedung R&D, di kawasan Solo Technopark juga berdiri Gedung Teaching Factory, yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan dan produksi dengan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan SMK-SMK di Kota Solo.
Acara peluncuran tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Departemen Perindustrian Anshari Bukhari dan Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Utama Padmadinata. Acara ditandai dengan peluncuran logo Solo Technopark oleh Wali Kota Solo Joko Widodo, dan penandatanganan kerja sama Pemkot Solo dan Direktorat Jenderal ILMTA Departemen Perindustrian tentang rencana pembuatan prototip mesin perkakas dan pengembangan inkubator bisnis di bidang pengolahan rumput.
"Di antara kota-kota lain yang membangun Technopark, Kota Solo merupakan yang paling siap dan paling mapan," kata Anshari. Anshari berharap, kawasan ini akan menghasilkan sumber daya manusia yang handal di bidang industri.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Daerah Triyanto menegaskan, SCTC merupakan embrio didirikannya Solo Technopark. SCTC dirintis sejak 2001 atas rekomendasi Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Departemen Pendidikan Nasional dan Indonesian German Intitutes (IGI). Bekerja sama dengan Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta, Pemkot Solo melahirkan lembaga diklat kompetensi mesin dengan nama SCTC.
Untuk biaya operasionalnya, sejak 2004 lalu SCTC menerima bantuan peralatan dari IGI dan menyelenggarakan pendidikan dan latihan mekanik atau mesin bagi para pemuda penganggur. Selain itu, SCTC juga membina SMK-SMK dengan program keahlian mesin perkakas. Di SCTC, lamanya pendidikan dan latihan hingga sembilan bulan. Menilai keberhasilan SCTC, tahun 2006 lalu Pemkot Solo pun menggagas konsep Solo Technopark.
Ilustrasi: Perajin blangkon di Jebres, Solo, Jawa Tengah. Di sini akan berdiri kawasan terpadu dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah yang sarat dengan teknologi.
Selasa, 19 Mei 2009 | 16:10 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Sonya Helen Sinombor
SOLO, KOMPAS.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bertekad menjadikan Kota Solo sebagai kota vokasi dan pusat inovasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tekad itu disusul dengan rencana dibangunnya Solo Technopark sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan.
Wacana tersebut mengemuka dalam acara soft launching Solo Technopark, Selasa (19/5) di Gedung Pusat Riset and Development (R&D). Solo Technopark merupakan kawasan terpadu menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan teknologi, di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.
Meskipun pembangunan kawasan baru mencapai 30 persen, Pemkot Solo menggelar soft launching kawasan tersebut di Gedung Pusat Research and Development (R&D). Gedung itu kini digunakan oleh para peserta pendidikan dan latihan Surakarta Competency and Technology (SCTC).
Gedung riset dan pengembangan tersebut merupakan tempat pendidikan dan pelatihan mekanik, las, bisnis inkubator, dan pusat pelayanan inovasi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Selain gedung R&D, di kawasan Solo Technopark juga berdiri Gedung Teaching Factory, yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan dan produksi dengan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan SMK-SMK di Kota Solo.
Acara peluncuran tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Departemen Perindustrian Anshari Bukhari dan Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Utama Padmadinata. Acara ditandai dengan peluncuran logo Solo Technopark oleh Wali Kota Solo Joko Widodo, dan penandatanganan kerja sama Pemkot Solo dan Direktorat Jenderal ILMTA Departemen Perindustrian tentang rencana pembuatan prototip mesin perkakas dan pengembangan inkubator bisnis di bidang pengolahan rumput.
"Di antara kota-kota lain yang membangun Technopark, Kota Solo merupakan yang paling siap dan paling mapan," kata Anshari. Anshari berharap, kawasan ini akan menghasilkan sumber daya manusia yang handal di bidang industri.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Daerah Triyanto menegaskan, SCTC merupakan embrio didirikannya Solo Technopark. SCTC dirintis sejak 2001 atas rekomendasi Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Departemen Pendidikan Nasional dan Indonesian German Intitutes (IGI). Bekerja sama dengan Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta, Pemkot Solo melahirkan lembaga diklat kompetensi mesin dengan nama SCTC.
Untuk biaya operasionalnya, sejak 2004 lalu SCTC menerima bantuan peralatan dari IGI dan menyelenggarakan pendidikan dan latihan mekanik atau mesin bagi para pemuda penganggur. Selain itu, SCTC juga membina SMK-SMK dengan program keahlian mesin perkakas. Di SCTC, lamanya pendidikan dan latihan hingga sembilan bulan. Menilai keberhasilan SCTC, tahun 2006 lalu Pemkot Solo pun menggagas konsep Solo Technopark.
Posting Komentar