Jumat, 29 Mei 2009 | 10:08 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat (29/5) pagi, melemah 35 poin menjadi Rp 10.335-Rp 10.350 per dollar AS dibandingkan penutupan hari sebelumnya, Rp 10.300-Rp 10.310, karena pelaku pasar kembali melepas rupiah.
Analis valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Jumat, mengatakan, turunnya rupiah terhadap dollar AS karena pelaku asing aktif membeli dollar akibat menguatnya harga minyak mentah dunia.
"Harga minyak mentah dunia naik di atas 65 dollar AS per barrel yang mendorong pelaku pasar lebih cenderung membeli dollar ketimbang rupiah," katanya.
Kenaikan harga minyak mentah dan kemungkinan pecahnya perang antar-Korea (Korea Utara dan Selatan) menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar yang segera memburu dollar AS. "Meski pasar khawatir, posisi rupiah masih tetap bagus karena berada di bawah angka Rp 10.400 per dollar AS," ujarnya.
Menurut dia, Bank Indonesia kemungkinan akan masuk pasar untuk melakukan intervensi agar rupiah tidak terus tertekan dan mendekati angka Rp 10.400 per dollar.
Ia mengatakan, rupiah saat ini memang agak tertekan, tetapi berpeluang untuk menguat lagi karena berbagai indikator ekonomi masih cukup baik dengan tingkat pertumbuhan pada kuartal I-2009 sebesar 4,4 persen.
"Meski ekonomi tumbuh lebih baik dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia di dalamnya sebenarnya masih rapuh. Tumbuhnya ekonomi hanya ditopang sektor konsumsi," tuturnya.
Rupiah yang terpuruk sejak pekan lalu, menurut dia, karena pelaku melihat dollar AS di pasar uang Asia cenderung membaik yang didukung membaiknya permintaan obligasi di pasar AS.
Namun, kondisi ini tidak akan berlangsung lama karena muncul laporan bahwa data retail AS cenderung merosot sehingga memicu tingkat pengangguran AS meningkat.
Posting Komentar