Ekonomi Internasional
00.46
1.1. Definisi Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana.
Tiap-tiap credit entry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced) dengan debit entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal nasional (dari mana kita memperoleh dana-dana/daya beli, dan bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari neraca pembayaran suatu negara akan sama secara agregat; namun, dari komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit. Tabel 1.1. berikut merangkum definisi diatas.
Kredit : merupakan peningkatan-peningkatan daya beli eksternal suatu negara, dengan kata lain, merupakan sumber-sumber dana.
o Ekspor barang-barang atau jasa
o Penurunan kepemilikan aset finansial luar negeri
o Peningkatan hutang luar neger
Debit : merupakan penurunan-penurunan daya beli eksternal suatu negara, dengan kata lain merupkan penggunaan-penggunaan dana.
o Impor barang-barang atau jasa
o Peningkatan kepemilikan aset finansial luar negeri
o Penurunan hutang luar negeri
Satu-satunya kesulitan riil dalam memahami bagaimana tiap transaksi mempengaruhi neraca pembayaran terletak pada interpretasi dari aset finansial dan hutang kepada pihak luar negeri. Contoh berikut membantu pemahaman tersebut diatas.
Contoh 1.1 : Suatu perusahaan RI meminjam Poundsterling Inggris. Jelas, pinjaman ini merupakan peningkatan hutang penduduk/perusahaan RI pada pihak luar negeri (Inggris). Pinjaman ini merupakan suatu credit entry pada neraca pembayaran. Debit entry yang sama akan diklasifikasikan sebagai suatu peningkatan dalam kepemilikan aset finansial luar negeri, yaitu rekening bank debitor RI (yang didenominasi) dalam sterling merupakan suatu aset. Memiliki aset dalam valuta asing sama seperti memberikan pinjaman jangka pendek kepada negara lain.
1.2. Komponen Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori yaitu; transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa negara (official reserves account)
1. Transaksi berjalan (current account).
Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran jangka pendek (mencatat transaksi ekspor-impor barang dan jasa), yang meliputi :
a. ekspor dan impor barang-barang dan jasa
ekspor barang-barang dan jasa yang diperlakukan sebagai kredit
impor barang-barang dan jasa diperlakukan kembali sebagai debit
b. net investment income
tingkat bunga dan dividen diperlakukan sebagai jasa karena merepresentasikan pembayaran untuk penggunaan modal.
c. net transfer (transfer unilateral)
meliputi bantuan luar negeri, pemberian-pemberian dan pembayaran lain antar pemerintah dan antar pihak swasta. Net transfer bukan merupakan perdagangan barang dan jasa.
Atau dengan kata lain transaknsi berjalan merangkum aliran dana antara satu negara tertentu dengan seluruh negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa, provisi income atas aset finansial, atau transfer unilateral (misalnya bantuan-bantuan antar pemerintah dan antar pihak swasta). Transaksi berjalan merupakan ukuran posisi perdagangan intenasional yang luas. Defisit transaksi berjalan menjelaskan arus dana yang keluar suatu negara lebih besar dari dana-dana yang diterimanya.
Komponen transaksi berjalan meliputi neraca perdagangan dan neraca barang dan jasa. Transaksi berjalan umumnya digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca Perdagangan secara sederhana merupakan selisih/perbedaan antara ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi adalah defisit neraca perdagangan. Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari impor, yang terjadi adalah surplus.
Sedangkan Neraca Jasa adalah neraca perdagangan ditambah jumlah pembayaran bunga kepada para investor luar negeri dan penerimaan dividen dari investasi di luar negeri, serta penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pariwisata dan transaksi-transaksi ekonomi lainnya.
2. Neraca Modal (Capital Account)
Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi dan real estate) suatu negara,
Yang meliputi :
a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena suatu negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.
b. Arus modal keluar tercatat sebagai debit karena suatu negara membeli asset berharga dari pihak asing (luar negeri).
c. Transaksi-transaksi neraca modal diklasifikasi sebagai investasi portfolio langsung atau jangka pendek.
Untuk dapat membeli aset luar negeri diperlukan valuta asing, dengan demikian arus modal neto menggambarkan demand terhadap valuta asing. Nilai valuta asing ditentukan oleh demand valas untuk membeli barang-barang dan jasa dan demand terhadap valas untuk membeli aset. Neraca Modal adalah ukuran investasi jangka pendek dan jangka panjang suatu negara, termasuk investasi langsung luar negeri dan investasi dalam sekuritas.
3. Cadangan Devisa Negara (Official Reserves Account)
Mengukur perubahan-perubahan dalam cadangan internasional yang dimiliki oleh otoritas keuangan suatu negara. Hal ini mencerminkan surplus atau defisit transaksi-transaksi ekonomi neraca berjalan dan meraca modal suatu negara yang dihasilkan dengan cara mencari nilai selisih (netting) dari cadangan aset dan cadangan hutang. Cadangan devisa terdiri dari :
a) Cadangan internasional yang terdiri dari emas dan aset luar negeri yang dapat
diperdagangkan.
b) Peningkatan dalam tiap aset tercatat sebagai debit
c) Penurunan cadangan aset tercatat sebagai kredit
2.3. Ukuran-ukuran Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat disusun dengan mengkombinasi pos-pos neraca pembayaran berikut :
1. Basic balance focus pada transaksi-transaksi yang dianggap penting bagi kesehatan ekonomis valuta. Basic balance menyeimbangkan neraca berjalan dan arus modal jangka panjang, namun tidak mengikutsertakan arus modal jangka pendek, seperti deposito-deposito bank yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka pendek, perubahan-perubahan dalam suku bunga dan antisipasi-antisipasi fluktuasi valuta. Basic balance menekankan trend jangka waktu yang lebih panjang pada neraca pembayaran.
2. Net liquidity balance (neraca likuiditas neto) atau neraca keseluruhan meliputi basic balance ditambah arus modal jangka pendek tidak likuid pihak swasta dan error and omission. Neraca Keseluruhan mengukur perubahan pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman pihak swasta domestik ke luar negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran dalam posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta jangka pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca, sementara aset dan hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan).
3. Neraca transaksi cadangan devisa menunjukkan penyesuaian cadangan devisa yang akan dibuat untuk mencapai equilibrium neraca. \
Karena neraca pembayaran harus diseimbangkan, tiap perbedaan yang tidak dapat ditelusuri atas transaksi-transaksi tertentu dicatat dalam statistical discrepancy (selisih yang belum dapat diperhitungkan).
Tabel 1.4. Contoh Neraca Pembayaran Indonesia tahun anggaran 1996/1997
(dalam Jutaan Dolar AS)
I. Neraca Transaksi Berjalan (1 + 2 + 3) (Current Account) - USD 8.065
1.Neraca Perdagangan (Balance o fTrade) USD 6.233
- Ekspor Barang USD 52.038
- Impor Barang USD 45.815
2. Neraca Jasa (Service Account) - USD 14.288
3. Neraca Transaksi Sepihak (Unilateral Transaction) 0
II. Neraca Modal (Capital Account) USD 12.667
1. Capital Import
- Pemerintah (pinjaman) USD 5.248
- Swasta (PMA & Pinjaman) USD 13.487
2. Capital Export
- Pemerintah (Cicilan pokok pinjaman) - USD 6.118
- Swasta 0
III. Perubahan Cadangan Devisa = dR
(Cange of Forex Reserve = I + II) - USD 4.602
IV. Selisih yang belum dapat diperhitungkan (Error & Omission) - USD 700
V. Neraca Lalu lintas Moneter (Monetary Account) - USD 3.902
Over All Balance 0
Masalah dalam Analisa Neraca Pembayaran.Kita sudah menegnal minimal empat konsep balance yang digunakan dalam menganalisa suatu neraca pembayaran. Namun kesulitan muncul ketika harus menentukan konsep balance yangmana yang paling relevan misalnya untuk pengambilan keputusan bagi pemerintah, analisa trend suatu perekonomian atau membuat suatu perkiraan tentang arah perkembangan ekonomi. Setiap konsep balance menunjukkan aspek yang berbeda. Tujuan analisa neraca pembayaran berbeda-beda dan perbedaan ini menentuakan pola analisanya. Kesulitan timbul dalam m\penentuan secara umum pola analisa tersebut.
Suatu Neraca Pembayaran Internasional Secara Pembukuan Selalu Seimbang
Setiap transaksi dalam neraca pembayaran selalu dicatat dalam rekening debit dan kredit sehingga selalu menghasilkan keseimbangan. Misalnya ketika suatu negara menerima ekspor kayu sebesar US$ X maka hasilnya semuanya digunakan untuk mengimpor mesin sebesar US$ X pula. Atau jika hasil ekspor kayu tersebut disimpan dibank diluar negeri maka terdapat deposito bank luar negeri dengan nilai US$ X yang sama.
Neraca Pembayaran Internasional, Neraca Perdagangan Internasional dan Neraca Harta Kekayaan dan Utang Piutang. Jika neraca pembayaran internasional mencatat semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk suatu negera adengan penduduk dari negara lain, maka neraca perdagangan internaasional hanya mencatat transaksi ekspor dan impor barang dan jasa saja (transaksi sedang berjalan). Sedangkan neraaca harta kekayaan dan utang pituang adalah suatu ikhtisar tentang seluruh harta kekayaan dan utang pituang dari penduduk suatu negara dinegara lain serta harta kekayaan dan utang piutang milik penduduk negara lain di negara itu.
Karena yang dicatat bukan transaksi melainkan keadaan harta kekayaan dan utang pituang maka dasar penyusunannya adalah waktu tertentu.Kesulitan dalam penyusunan neraca harta kekayaan dan utang pituang adalah : pengumpulan data yang sulit karena pemerintah tidak memiliki administrasi yang baik dalam pencatatatn kekayaatn penduduknya yang ada diluar negeri dan penduduk sendiri yang secara diam-diam tidak melaporkan kekayaannya yang ada diluar negeri kesulitan dalam menentuakan nilai kekayaan, misalnya perusahaan asing yang ada di Indonesia sangat sulit dihitung nilai bersihnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kegiatan Ekonomi Internasional
Karena saldo transaksi berjalan sebuah negara dapat secara signifikan mempengaruhi perekonomiannya, adalah penting untuk mengidentifikasi dan memonitor faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi berjalan. Faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah :
o Inflasi
o Pendapatan Nasional
o Restriksi Pemerintah
o Nilai tukar valuta
2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aliran Perdagangan Internasional
Jika laju inflasi suatu negara meningkat relatif terhadap inflasi negara-negara mitra dagangnya, neraca berjalannya akan menurun (dengan asumsi hal-hal lain tidak berubah). Konsumen dan kerjasama/persekutuan dalam negara tersebut akan membeli lebih banyak barang dari luar negeri (karena tingginya inflasi lokal), sementara ekspor ke negara-negara lain akan menurun.
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aliran Keuangan Internasional
Jika tingkat pendapatan nasional sebuah negara meningkat dengan persentase relative lebih tinggi dari negara-negara lain, neraca berjalannya akan menurun, ceteris paribus. Jika pendapatan riil (yaitu; pendapatan yang telah disesuaikan dengan inflasi) meningkat, konsumsi barang juga meningkat. Sebagian peningkatan konsumsi akan diwujudkan dalam pembelian produk-produk impor. Untuk mengilustrasikan dampak potensial dari pendapatan nasional atas saldo neraca berjalan, perhatikan bahwa AS seringkali meminta negara-negara lain untuk merangsang pertumbuhan ekonomi mereka masing-masing agar permintaan luar negeri terhadap produk-produk AS meningkat. Namun, jika negara-negara tidak mau mengeluarkan kebijakan-kebijakan perangsang perekonomian, pemerintah AS harus mencari solusi lain untuk mengurangi deficit neraca perdagangannya yang besar.
Runtuhnya tembok Berlin telah mendorong pertumbuhan ekonomi Eropa pada akhir tahun 1989 dan tahun 1990, yang menyebabkan meningkatnya permintaan atas barang-barang AS. Bahkan, AS mengalami surplus neraca perdagangan dengan Eropa Barat sepanjang 4 bulan pertama 1990, peningkatan besar dari deficit tahun 1989 sebesar $ 1,3 milyar. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang rendah di Jepang dan Eropa selama awal tahun 1990-an berdampak pada menurunnya permintaan atas produk-produk AS. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang relative kuat di Amerika Latin dan Cina memicu peningkatan permintaan produk-produk AS di negara-negara tersebut. Contoh-contoh diatas membktikan sensitivitas volume ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang menjadi sasaran ekspor.
2.3. Restriksi Pemerintah
Jika pemerintah suatu negara mengenakan pajak atas barang-barang impor (disebut tarif), harga dari barang-barang impor tersebut bagi konsumen akan meningkat. Besarnya tariff yag dikenakan oleh pemerintah AS rata-rata lebih besar dari tariff yang dikenakan oleh pemerintah negara lain. Namun, sejumlah industri relative sangat dilindungi daripada industri-industri lain. Produk-produk pakaian dan pertanian AS secara histories menerima lebih banyak proteksi dari pesaing-pesaing luar negeri. Peningkatan dan/atau perluasan tarif di AS akan meningkatkan saldo transaksi berjalan AS, kecuali kalau negara-negara lain melakukan tindakan-tindakan balasan.
Tarif antar negara sangatlah berbeda. Sebagai contoh, AS saat ini mengenakan tariff 13,5 % per krat bir asing, sementara Kanada mengenakan tariff 24 sen, sebagian besar negara Eropa $ 2,93 per krat, dan Cina $ 14,64 per krat. Selain tariff, sebuah pemerintah dapat mengurangi impor dengan menciptakan kuota, atau jumlah maksimum yang dapat diimpor. Kuota telah diterapkan ke berbagai macam barang yang diimpor oleh AS dan negara-negara lain.
Restriksi perdagangan mungkin dapat menyelamatkan lapangan kerja, tetapi juga ada biayanya. Sebuah studi yang dilakukan oleh Institute for International Economics baru-baru ini mengestimasikan bahwa kerugian persatu lapangan kerja yang diselamatkan adalah $ 705.000 bagi industri mobil Amerika dan $ 1 juta bagi industri baja khusus. Restriksi perdagangan cenderung hanya menguntungkan sejumlah industri dan merugikan industri-industri yang lain, karena negara-negara lain mengambil tindakan balasan dengan mengenakan restriksi mereka sendiri. Dalam hal ini, impor oleh kedua negara dapat berkurang sehingga tingkat transaksi berjalan tidak jauh berbeda dengan level sebelum adanya restriksi tambahan.
Sebagai sebuah contoh mengenai restriksi perdagangan, pemerintah AS mengenakan kuota atas produk-produk baja khusus yang diekspor ke AS pada bulan Juli 1983 atas permintaan industri baja AS untuk membantu mereka bersaing dengan produsen-produsen luar negeri. Kuota tersebut dikenakan atas baja yang diimpor dari negara-negara Eropa. Tindakan ini dianggap tidak legal oleh General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) terutama pada tahun 1947. Aturan-aturan GATT hanya membolehkan pengenaan restriksi perdagangan sebagai balasan terhadap tindakan-tindakan perdagangan illegal dari negara-negara lain, seperti subsidi ekspor oleh pemerintah. Restriksi perdagangan yang dikenakan pemerintah AS dianggap illegal karena hanya dimaksudkan untuk memberikan keunggulan kompetitif kepada industri bajanya dalam pasar local. Konsekuensinya, pemerintah AS dipaksa untuk menerima restriksi yang bernilai sama di luar negeri atas ekspornya. Sebuah kelompok negara Eropa mengumumkan tidak lama setelah itu bahwa mereka akan melakukan tindakan balasan dengan mengenakan tariff dan kuota atas produk-produk kimia, plastik, dan olahraga AS yang diekspor ke negara mereka. Pemerintah AS kemudian merasa bahwa balas dendam semacam itu sangat berlebihan dan mempertimbangkan untuk melakukan tindakan balas dendam selanjutnya atas barang-barang lain yang diekspor negara-negara Eropa tersebut ke AS. Dalam contoh ini, industri baja AS memperoleh keuntungan dari restriksi perdagangan yang dikenakan pemerintah AS, tetapi industri kimia, palstik, dan produk oleh raga dirugikan oleh tindakan balas dendam negara-negara Eropa.
Selama tahun 1990-an, perusahaan-perusahaan baja AS terus mengklaim bahwa baja yang diekspor AS disubsidi oleh pemerintah asing yang bersangkutan, yang memberikan keunggulan harga kepada pesaing-pesaing asing mereka. Pada tahun 1993, US International Trade Commission yang bertugas mereview kalim-klaim semacam itu, memutuskan bahwa banyak dari klaim di atas tidak dapat dibuktikan. Dalam sejumlah industri, restriksi pemerintah atas produk-produk asing terus bertahan. Sebagai contoh, produsen mobil besar AS telah menekan pemerintah AS untuk meminta pemerintah Jepang membatasi ekspor mobil dari Jepang ke AS. Pemerintah Jepang kemudian memenuhi permintaan ini dan membatasi ekspor mobil ke AS sejak 1985.
Pemerintah juga memiliki cara-cara lain untuk mempengaruhi neraca berjalan, selain mengenakan restriksi perdagangan. Sebagai contoh, pada tahun 1991 pemerintah Perancis menyediakan subsidi yang besar kepada dua perusahaan elektroniknya. Sejumlah negara Eropa mengecam tindakan ini karena tidak konsisten dengan keinginan Eropa untuk menghapus restriksi dan subsidi yang menghambat perdagangan bebas.
Gerakan umum jangka panjang ke arah perdagangan bebas terus diganggu oleh kontroversi menyangkut dumping (penjualan produk di bawah harga wajar). Dumping seringkali dirasa sebagai hasil dari subsidi pemerintah kepada para eksportir. Pada sebagian kasus besar, karenanya, tariff-tarif yang dikenakan oleh pemerintah AS ditujukan untuk melawan subsidi-subsidi yang mungkin memberikan keunggulan harga yang tidak adil kepada eksportir. Pemerintah asing biasanya akan melakukan tindakan balasan dengan mengenakan hambatan-hambatan perdagangan mereka sendiri atas barang-barang impor dari AS. Trend yang mengganggu perdagangan bebas ini kemungkinan akan terus berlanjut karena sulitnya menentukan apakah suatu produk benar-benar telah di dumping atau tidak, yang kemudian mengarah kepada perbedaan pendapat antar negara.
2.4. Nilai Tukar
Valuta tiap negara dinilai dari perspektif valuta lain memakai konsep nilai tukar, agar valuta-valuta dapat saling dipertukarkan demi mempermudah transaksi-transaksi internasional. Nilai dari sebagian besar valuta berfluktuasi sepanjang waktu karena pengaruh pasar dan pemerintah (akan dibahas secara detil pada topik 4). Jika nilai valuta sebuah negara mulai naik relatif terhadap valuta-valuta negara lain, ceteris paribus, saldo neraca berjalannya akan menurun. Produk-produk yang diekspor oleh negara tersebut akan menjadi lebih mahal bagi negara-negara pengimpor. Konsekuensinya, permintaan atas produk-produk tersebut akan menurun. Sebagai contoh, sebuah raket tennis yang dijual di AS seharga $ 100 akan meminta pembayaran sebesar DM 200 dari importir Jerman jika $ 1 berharga DM 2 (DM 1 = USD 0,5). Tetapi, jika dolar berharga 3 Mark (DM 1 = $ 0,33), akan diperlukan DM 300 untuk membeli raket yang dimaksud, yang akan menurunkan permintaan Jerman terhadap raket tersebut. Valuta local yang kuat akan memperburuk saldo neraca berjalan jika produk-produk yang diperdagangkan bersifat price-elastic (yaitu, sensitive terhadap perubahan-perubahan harga).
Jika dolar yang kuat akan menurunkan saldo neraca perdagangan AS, maka sebaliknya, dolar yang lemah akan memperbaiki neraca perdagangan. Melemahnya dolar akan menurunkan harga yang dibayar para importir luar negeri atas produk-produk AS, sehingga meningkatkan permintaan luar negeri atas produk-produk AS. Dolar yang lemah juga cenderung meningkatkan harga yang dibayar para importir AS bagi produk-produk luar negeri, sehingga mengurangi permintaan AS terhadap produk-produk luar negeri.
Pada bulan Juni 1992, sebuah mobil Jepang yang berharga 3 juta Yen dijual seharga $ 23.662 di AS, dengan kurs sebesar 127 yen per dolar (JPY 1 = $ 0,0078). Pada bulan Juni 1993, mobil yang sama berharga $ 28.037, dengan kurs/nilai tukar sebesar 107 yen per dolar (JPY 1 = $ 0,0093). Dalam 6 bulan pertama tahun 1993, ekspor Jepang menurun ke tingkat terendah dalam 14 tahun. Penurunan ini sebagian besar diakibatkan oleh menguatnya Yen.
Dalam beberapa periode, seperti akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an, terdapat hubungan terbalik antara nilai dolar dengan neraca perdagangan AS. Namun, dalam periode-periode yang lain, hubungan terbalik ini tidak muncul, karena adanya interaksi antar faktor.
2.5. Interaksi antar faktor
Karena faktor-faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan saling berinteraksi, dampak simultan mereka atas neraca perdagangan sangatlah kompleks. Sebagai contoh, karena inflasi AS yang tinggi mengurangi neraca berjalan, inflasi tersebut juga menekan nilai dolar untuk turun (hal ini akan dibahas pada topik 4). Karena dolar yang lemah dapat memperbaiki neraca berjalan, maka sebagian dampak inflasi atas neraca berjalan akan ditutupi oleh dampak dari melemahnya dolar.
2.6. Memperbaiki Defisit Neraca Perdagangan
Dengan mempertimbangkan kembali sejumlah faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan, dimungkinkan untuk mengembangkan beberapa metode umum untuk memperbaiki defisit. Setiap kebijakan yang akan meningkatkan permintaan luar negeri atas produk-produk domestik akan memperbaiki posisi neraca perdagangan. Permintaan luar negeri dapat meningkat jika harga ekspor menjadi lebih menarik. Hal ini dapat terjadi jika inflasi dalam
.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Neraca Modal
Sama seperti arus perdagangan, masing-masing pemerintah memiliki wewenang atas arus modal yang keluar masuk negaranya. Pemerintah suatu negara dapat misalnya, mengenakan pajak khusus atas laba yang diterima para investor local dari investasi di luar negeri. Pajak semacam ini kemungkinan besar akan menurunkan minat investor dalam negeri untuk investasi ke luar negeri dan karenanya dapat menaikkan neraca modal negara tersebut. Negara-negara lain yang dirugikan oleh pajak ini, dapat juga mengambil langkah balasan dengan mengenakan pajak yang serupa atas para investor lokal mereka. Dampak akhir dari situasi ini adalah menurunnya investasi para investor lokal di berbagai negara.
Arus modal juga dipengaruhi oleh perangkat-perangkat pengendali arus modal yang diciptakan oleh pemerintah. Dalam beberapa decade terakhir, perlahan-lahan telah terjadi liberalisasi perangkat pengendali arus modal internasional. Sejumlah negara seperti Kanada, Jerman, dan AS sejak dulu tidak memiliki banyak perangkat pengendali arus modal. Negar-negara lain seperti Finlandia, Spanyol dan Swedia secara umum sebaliknya mengenakan kontrol yang sangat restriktif atas arus valuta domestik ke luar negeri. Cara ini biasanya dirancang untuk menanggulangi kelemahan structural dalam posisi neraca pembayaran mereka.
Perkiraan pergerakan nilai tukar oleh para investor yang kemudian tercermin dalam harga sekuritas dapat juga mempengaruhi neraca modal. Jika valuta suatu negara diperkirakan akan meningkat, para investor luar negeri mungkin mau berinvestasi dalam valuta negara tersebut agar dapat mengambil keuntungan dari apresiasi valuta. Sebaliknya, ceteris paribus, saldo neraca modal sebuah negara akan menurun jika valutanya diperkirakan akan melemah.
Pada saat mengevaluasi mengapa neraca modal suatu negara berubah atau bagaimana akan berubah di masa depan, semua factor harus diperhitungkan secara simultan. Sebuah negara tertentu mungkin mengalami penurunan neraca modal bahkan pada saat suku bunga dalam negerinya sedang menarik, jika valuta negara tersebut diperkirakan akan mengalami depresiasi.
CONTOH NERACA PEMBAYARAN
Contoh Neraca Pembayaran A.S tahun 1990
(dalam Milyar USD)
Kredit Debit
a). Ekspor barang-barang sipil $ 385.6
c). Penjualan alat militer ke luar negeri 9.7
Neraca Perdagangan = a+c – (b+d)
e). Ekspor jasa; (penerimaan pendapatan
investasi dan fees, turisme di AS) $ 246.5
Neraca Berjalan = a + c + e –(b + d + f + g)
h). Investasi swasta asing di AS 45.3
j).Pinjaman negara asing di AS 14.6
Neraca Modal = h + j – (1 + k)
Cadangan devisa negara
m). Selisih yang belum dapat diperhitungkan
(Error and Omission) 66.8 b). Impor barang-barang sipil $491.1
d). Pembelian alat militer 15.1
= Defisit $111.3
f). Impor jasa (wisata ke luar negeri,
pembayaran pendapatan investasi) $212.3
g) Trasnfer unilateral (pemberian-2) 15.8
= Defisit $ 92.9
i). Investast swasta AS di luar negeri 29.8
k). Pinjaman pemerintah AS di luar negeri 2.5
= surplus $ 27.6
l). Kenaikan neto cadangan AS 1.5
= defisit $ 1.5
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana.
Tiap-tiap credit entry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced) dengan debit entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal nasional (dari mana kita memperoleh dana-dana/daya beli, dan bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari neraca pembayaran suatu negara akan sama secara agregat; namun, dari komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit. Tabel 1.1. berikut merangkum definisi diatas.
Kredit : merupakan peningkatan-peningkatan daya beli eksternal suatu negara, dengan kata lain, merupakan sumber-sumber dana.
o Ekspor barang-barang atau jasa
o Penurunan kepemilikan aset finansial luar negeri
o Peningkatan hutang luar neger
Debit : merupakan penurunan-penurunan daya beli eksternal suatu negara, dengan kata lain merupkan penggunaan-penggunaan dana.
o Impor barang-barang atau jasa
o Peningkatan kepemilikan aset finansial luar negeri
o Penurunan hutang luar negeri
Satu-satunya kesulitan riil dalam memahami bagaimana tiap transaksi mempengaruhi neraca pembayaran terletak pada interpretasi dari aset finansial dan hutang kepada pihak luar negeri. Contoh berikut membantu pemahaman tersebut diatas.
Contoh 1.1 : Suatu perusahaan RI meminjam Poundsterling Inggris. Jelas, pinjaman ini merupakan peningkatan hutang penduduk/perusahaan RI pada pihak luar negeri (Inggris). Pinjaman ini merupakan suatu credit entry pada neraca pembayaran. Debit entry yang sama akan diklasifikasikan sebagai suatu peningkatan dalam kepemilikan aset finansial luar negeri, yaitu rekening bank debitor RI (yang didenominasi) dalam sterling merupakan suatu aset. Memiliki aset dalam valuta asing sama seperti memberikan pinjaman jangka pendek kepada negara lain.
1.2. Komponen Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori yaitu; transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa negara (official reserves account)
1. Transaksi berjalan (current account).
Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran jangka pendek (mencatat transaksi ekspor-impor barang dan jasa), yang meliputi :
a. ekspor dan impor barang-barang dan jasa
ekspor barang-barang dan jasa yang diperlakukan sebagai kredit
impor barang-barang dan jasa diperlakukan kembali sebagai debit
b. net investment income
tingkat bunga dan dividen diperlakukan sebagai jasa karena merepresentasikan pembayaran untuk penggunaan modal.
c. net transfer (transfer unilateral)
meliputi bantuan luar negeri, pemberian-pemberian dan pembayaran lain antar pemerintah dan antar pihak swasta. Net transfer bukan merupakan perdagangan barang dan jasa.
Atau dengan kata lain transaknsi berjalan merangkum aliran dana antara satu negara tertentu dengan seluruh negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa, provisi income atas aset finansial, atau transfer unilateral (misalnya bantuan-bantuan antar pemerintah dan antar pihak swasta). Transaksi berjalan merupakan ukuran posisi perdagangan intenasional yang luas. Defisit transaksi berjalan menjelaskan arus dana yang keluar suatu negara lebih besar dari dana-dana yang diterimanya.
Komponen transaksi berjalan meliputi neraca perdagangan dan neraca barang dan jasa. Transaksi berjalan umumnya digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca Perdagangan secara sederhana merupakan selisih/perbedaan antara ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi adalah defisit neraca perdagangan. Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari impor, yang terjadi adalah surplus.
Sedangkan Neraca Jasa adalah neraca perdagangan ditambah jumlah pembayaran bunga kepada para investor luar negeri dan penerimaan dividen dari investasi di luar negeri, serta penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pariwisata dan transaksi-transaksi ekonomi lainnya.
2. Neraca Modal (Capital Account)
Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi dan real estate) suatu negara,
Yang meliputi :
a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena suatu negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.
b. Arus modal keluar tercatat sebagai debit karena suatu negara membeli asset berharga dari pihak asing (luar negeri).
c. Transaksi-transaksi neraca modal diklasifikasi sebagai investasi portfolio langsung atau jangka pendek.
Untuk dapat membeli aset luar negeri diperlukan valuta asing, dengan demikian arus modal neto menggambarkan demand terhadap valuta asing. Nilai valuta asing ditentukan oleh demand valas untuk membeli barang-barang dan jasa dan demand terhadap valas untuk membeli aset. Neraca Modal adalah ukuran investasi jangka pendek dan jangka panjang suatu negara, termasuk investasi langsung luar negeri dan investasi dalam sekuritas.
3. Cadangan Devisa Negara (Official Reserves Account)
Mengukur perubahan-perubahan dalam cadangan internasional yang dimiliki oleh otoritas keuangan suatu negara. Hal ini mencerminkan surplus atau defisit transaksi-transaksi ekonomi neraca berjalan dan meraca modal suatu negara yang dihasilkan dengan cara mencari nilai selisih (netting) dari cadangan aset dan cadangan hutang. Cadangan devisa terdiri dari :
a) Cadangan internasional yang terdiri dari emas dan aset luar negeri yang dapat
diperdagangkan.
b) Peningkatan dalam tiap aset tercatat sebagai debit
c) Penurunan cadangan aset tercatat sebagai kredit
2.3. Ukuran-ukuran Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat disusun dengan mengkombinasi pos-pos neraca pembayaran berikut :
1. Basic balance focus pada transaksi-transaksi yang dianggap penting bagi kesehatan ekonomis valuta. Basic balance menyeimbangkan neraca berjalan dan arus modal jangka panjang, namun tidak mengikutsertakan arus modal jangka pendek, seperti deposito-deposito bank yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka pendek, perubahan-perubahan dalam suku bunga dan antisipasi-antisipasi fluktuasi valuta. Basic balance menekankan trend jangka waktu yang lebih panjang pada neraca pembayaran.
2. Net liquidity balance (neraca likuiditas neto) atau neraca keseluruhan meliputi basic balance ditambah arus modal jangka pendek tidak likuid pihak swasta dan error and omission. Neraca Keseluruhan mengukur perubahan pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman pihak swasta domestik ke luar negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran dalam posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta jangka pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca, sementara aset dan hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan).
3. Neraca transaksi cadangan devisa menunjukkan penyesuaian cadangan devisa yang akan dibuat untuk mencapai equilibrium neraca. \
Karena neraca pembayaran harus diseimbangkan, tiap perbedaan yang tidak dapat ditelusuri atas transaksi-transaksi tertentu dicatat dalam statistical discrepancy (selisih yang belum dapat diperhitungkan).
Tabel 1.4. Contoh Neraca Pembayaran Indonesia tahun anggaran 1996/1997
(dalam Jutaan Dolar AS)
I. Neraca Transaksi Berjalan (1 + 2 + 3) (Current Account) - USD 8.065
1.Neraca Perdagangan (Balance o fTrade) USD 6.233
- Ekspor Barang USD 52.038
- Impor Barang USD 45.815
2. Neraca Jasa (Service Account) - USD 14.288
3. Neraca Transaksi Sepihak (Unilateral Transaction) 0
II. Neraca Modal (Capital Account) USD 12.667
1. Capital Import
- Pemerintah (pinjaman) USD 5.248
- Swasta (PMA & Pinjaman) USD 13.487
2. Capital Export
- Pemerintah (Cicilan pokok pinjaman) - USD 6.118
- Swasta 0
III. Perubahan Cadangan Devisa = dR
(Cange of Forex Reserve = I + II) - USD 4.602
IV. Selisih yang belum dapat diperhitungkan (Error & Omission) - USD 700
V. Neraca Lalu lintas Moneter (Monetary Account) - USD 3.902
Over All Balance 0
Masalah dalam Analisa Neraca Pembayaran.Kita sudah menegnal minimal empat konsep balance yang digunakan dalam menganalisa suatu neraca pembayaran. Namun kesulitan muncul ketika harus menentukan konsep balance yangmana yang paling relevan misalnya untuk pengambilan keputusan bagi pemerintah, analisa trend suatu perekonomian atau membuat suatu perkiraan tentang arah perkembangan ekonomi. Setiap konsep balance menunjukkan aspek yang berbeda. Tujuan analisa neraca pembayaran berbeda-beda dan perbedaan ini menentuakan pola analisanya. Kesulitan timbul dalam m\penentuan secara umum pola analisa tersebut.
Suatu Neraca Pembayaran Internasional Secara Pembukuan Selalu Seimbang
Setiap transaksi dalam neraca pembayaran selalu dicatat dalam rekening debit dan kredit sehingga selalu menghasilkan keseimbangan. Misalnya ketika suatu negara menerima ekspor kayu sebesar US$ X maka hasilnya semuanya digunakan untuk mengimpor mesin sebesar US$ X pula. Atau jika hasil ekspor kayu tersebut disimpan dibank diluar negeri maka terdapat deposito bank luar negeri dengan nilai US$ X yang sama.
Neraca Pembayaran Internasional, Neraca Perdagangan Internasional dan Neraca Harta Kekayaan dan Utang Piutang. Jika neraca pembayaran internasional mencatat semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk suatu negera adengan penduduk dari negara lain, maka neraca perdagangan internaasional hanya mencatat transaksi ekspor dan impor barang dan jasa saja (transaksi sedang berjalan). Sedangkan neraaca harta kekayaan dan utang pituang adalah suatu ikhtisar tentang seluruh harta kekayaan dan utang pituang dari penduduk suatu negara dinegara lain serta harta kekayaan dan utang piutang milik penduduk negara lain di negara itu.
Karena yang dicatat bukan transaksi melainkan keadaan harta kekayaan dan utang pituang maka dasar penyusunannya adalah waktu tertentu.Kesulitan dalam penyusunan neraca harta kekayaan dan utang pituang adalah : pengumpulan data yang sulit karena pemerintah tidak memiliki administrasi yang baik dalam pencatatatn kekayaatn penduduknya yang ada diluar negeri dan penduduk sendiri yang secara diam-diam tidak melaporkan kekayaannya yang ada diluar negeri kesulitan dalam menentuakan nilai kekayaan, misalnya perusahaan asing yang ada di Indonesia sangat sulit dihitung nilai bersihnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kegiatan Ekonomi Internasional
Karena saldo transaksi berjalan sebuah negara dapat secara signifikan mempengaruhi perekonomiannya, adalah penting untuk mengidentifikasi dan memonitor faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi berjalan. Faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah :
o Inflasi
o Pendapatan Nasional
o Restriksi Pemerintah
o Nilai tukar valuta
2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aliran Perdagangan Internasional
Jika laju inflasi suatu negara meningkat relatif terhadap inflasi negara-negara mitra dagangnya, neraca berjalannya akan menurun (dengan asumsi hal-hal lain tidak berubah). Konsumen dan kerjasama/persekutuan dalam negara tersebut akan membeli lebih banyak barang dari luar negeri (karena tingginya inflasi lokal), sementara ekspor ke negara-negara lain akan menurun.
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aliran Keuangan Internasional
Jika tingkat pendapatan nasional sebuah negara meningkat dengan persentase relative lebih tinggi dari negara-negara lain, neraca berjalannya akan menurun, ceteris paribus. Jika pendapatan riil (yaitu; pendapatan yang telah disesuaikan dengan inflasi) meningkat, konsumsi barang juga meningkat. Sebagian peningkatan konsumsi akan diwujudkan dalam pembelian produk-produk impor. Untuk mengilustrasikan dampak potensial dari pendapatan nasional atas saldo neraca berjalan, perhatikan bahwa AS seringkali meminta negara-negara lain untuk merangsang pertumbuhan ekonomi mereka masing-masing agar permintaan luar negeri terhadap produk-produk AS meningkat. Namun, jika negara-negara tidak mau mengeluarkan kebijakan-kebijakan perangsang perekonomian, pemerintah AS harus mencari solusi lain untuk mengurangi deficit neraca perdagangannya yang besar.
Runtuhnya tembok Berlin telah mendorong pertumbuhan ekonomi Eropa pada akhir tahun 1989 dan tahun 1990, yang menyebabkan meningkatnya permintaan atas barang-barang AS. Bahkan, AS mengalami surplus neraca perdagangan dengan Eropa Barat sepanjang 4 bulan pertama 1990, peningkatan besar dari deficit tahun 1989 sebesar $ 1,3 milyar. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang rendah di Jepang dan Eropa selama awal tahun 1990-an berdampak pada menurunnya permintaan atas produk-produk AS. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang relative kuat di Amerika Latin dan Cina memicu peningkatan permintaan produk-produk AS di negara-negara tersebut. Contoh-contoh diatas membktikan sensitivitas volume ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang menjadi sasaran ekspor.
2.3. Restriksi Pemerintah
Jika pemerintah suatu negara mengenakan pajak atas barang-barang impor (disebut tarif), harga dari barang-barang impor tersebut bagi konsumen akan meningkat. Besarnya tariff yag dikenakan oleh pemerintah AS rata-rata lebih besar dari tariff yang dikenakan oleh pemerintah negara lain. Namun, sejumlah industri relative sangat dilindungi daripada industri-industri lain. Produk-produk pakaian dan pertanian AS secara histories menerima lebih banyak proteksi dari pesaing-pesaing luar negeri. Peningkatan dan/atau perluasan tarif di AS akan meningkatkan saldo transaksi berjalan AS, kecuali kalau negara-negara lain melakukan tindakan-tindakan balasan.
Tarif antar negara sangatlah berbeda. Sebagai contoh, AS saat ini mengenakan tariff 13,5 % per krat bir asing, sementara Kanada mengenakan tariff 24 sen, sebagian besar negara Eropa $ 2,93 per krat, dan Cina $ 14,64 per krat. Selain tariff, sebuah pemerintah dapat mengurangi impor dengan menciptakan kuota, atau jumlah maksimum yang dapat diimpor. Kuota telah diterapkan ke berbagai macam barang yang diimpor oleh AS dan negara-negara lain.
Restriksi perdagangan mungkin dapat menyelamatkan lapangan kerja, tetapi juga ada biayanya. Sebuah studi yang dilakukan oleh Institute for International Economics baru-baru ini mengestimasikan bahwa kerugian persatu lapangan kerja yang diselamatkan adalah $ 705.000 bagi industri mobil Amerika dan $ 1 juta bagi industri baja khusus. Restriksi perdagangan cenderung hanya menguntungkan sejumlah industri dan merugikan industri-industri yang lain, karena negara-negara lain mengambil tindakan balasan dengan mengenakan restriksi mereka sendiri. Dalam hal ini, impor oleh kedua negara dapat berkurang sehingga tingkat transaksi berjalan tidak jauh berbeda dengan level sebelum adanya restriksi tambahan.
Sebagai sebuah contoh mengenai restriksi perdagangan, pemerintah AS mengenakan kuota atas produk-produk baja khusus yang diekspor ke AS pada bulan Juli 1983 atas permintaan industri baja AS untuk membantu mereka bersaing dengan produsen-produsen luar negeri. Kuota tersebut dikenakan atas baja yang diimpor dari negara-negara Eropa. Tindakan ini dianggap tidak legal oleh General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) terutama pada tahun 1947. Aturan-aturan GATT hanya membolehkan pengenaan restriksi perdagangan sebagai balasan terhadap tindakan-tindakan perdagangan illegal dari negara-negara lain, seperti subsidi ekspor oleh pemerintah. Restriksi perdagangan yang dikenakan pemerintah AS dianggap illegal karena hanya dimaksudkan untuk memberikan keunggulan kompetitif kepada industri bajanya dalam pasar local. Konsekuensinya, pemerintah AS dipaksa untuk menerima restriksi yang bernilai sama di luar negeri atas ekspornya. Sebuah kelompok negara Eropa mengumumkan tidak lama setelah itu bahwa mereka akan melakukan tindakan balasan dengan mengenakan tariff dan kuota atas produk-produk kimia, plastik, dan olahraga AS yang diekspor ke negara mereka. Pemerintah AS kemudian merasa bahwa balas dendam semacam itu sangat berlebihan dan mempertimbangkan untuk melakukan tindakan balas dendam selanjutnya atas barang-barang lain yang diekspor negara-negara Eropa tersebut ke AS. Dalam contoh ini, industri baja AS memperoleh keuntungan dari restriksi perdagangan yang dikenakan pemerintah AS, tetapi industri kimia, palstik, dan produk oleh raga dirugikan oleh tindakan balas dendam negara-negara Eropa.
Selama tahun 1990-an, perusahaan-perusahaan baja AS terus mengklaim bahwa baja yang diekspor AS disubsidi oleh pemerintah asing yang bersangkutan, yang memberikan keunggulan harga kepada pesaing-pesaing asing mereka. Pada tahun 1993, US International Trade Commission yang bertugas mereview kalim-klaim semacam itu, memutuskan bahwa banyak dari klaim di atas tidak dapat dibuktikan. Dalam sejumlah industri, restriksi pemerintah atas produk-produk asing terus bertahan. Sebagai contoh, produsen mobil besar AS telah menekan pemerintah AS untuk meminta pemerintah Jepang membatasi ekspor mobil dari Jepang ke AS. Pemerintah Jepang kemudian memenuhi permintaan ini dan membatasi ekspor mobil ke AS sejak 1985.
Pemerintah juga memiliki cara-cara lain untuk mempengaruhi neraca berjalan, selain mengenakan restriksi perdagangan. Sebagai contoh, pada tahun 1991 pemerintah Perancis menyediakan subsidi yang besar kepada dua perusahaan elektroniknya. Sejumlah negara Eropa mengecam tindakan ini karena tidak konsisten dengan keinginan Eropa untuk menghapus restriksi dan subsidi yang menghambat perdagangan bebas.
Gerakan umum jangka panjang ke arah perdagangan bebas terus diganggu oleh kontroversi menyangkut dumping (penjualan produk di bawah harga wajar). Dumping seringkali dirasa sebagai hasil dari subsidi pemerintah kepada para eksportir. Pada sebagian kasus besar, karenanya, tariff-tarif yang dikenakan oleh pemerintah AS ditujukan untuk melawan subsidi-subsidi yang mungkin memberikan keunggulan harga yang tidak adil kepada eksportir. Pemerintah asing biasanya akan melakukan tindakan balasan dengan mengenakan hambatan-hambatan perdagangan mereka sendiri atas barang-barang impor dari AS. Trend yang mengganggu perdagangan bebas ini kemungkinan akan terus berlanjut karena sulitnya menentukan apakah suatu produk benar-benar telah di dumping atau tidak, yang kemudian mengarah kepada perbedaan pendapat antar negara.
2.4. Nilai Tukar
Valuta tiap negara dinilai dari perspektif valuta lain memakai konsep nilai tukar, agar valuta-valuta dapat saling dipertukarkan demi mempermudah transaksi-transaksi internasional. Nilai dari sebagian besar valuta berfluktuasi sepanjang waktu karena pengaruh pasar dan pemerintah (akan dibahas secara detil pada topik 4). Jika nilai valuta sebuah negara mulai naik relatif terhadap valuta-valuta negara lain, ceteris paribus, saldo neraca berjalannya akan menurun. Produk-produk yang diekspor oleh negara tersebut akan menjadi lebih mahal bagi negara-negara pengimpor. Konsekuensinya, permintaan atas produk-produk tersebut akan menurun. Sebagai contoh, sebuah raket tennis yang dijual di AS seharga $ 100 akan meminta pembayaran sebesar DM 200 dari importir Jerman jika $ 1 berharga DM 2 (DM 1 = USD 0,5). Tetapi, jika dolar berharga 3 Mark (DM 1 = $ 0,33), akan diperlukan DM 300 untuk membeli raket yang dimaksud, yang akan menurunkan permintaan Jerman terhadap raket tersebut. Valuta local yang kuat akan memperburuk saldo neraca berjalan jika produk-produk yang diperdagangkan bersifat price-elastic (yaitu, sensitive terhadap perubahan-perubahan harga).
Jika dolar yang kuat akan menurunkan saldo neraca perdagangan AS, maka sebaliknya, dolar yang lemah akan memperbaiki neraca perdagangan. Melemahnya dolar akan menurunkan harga yang dibayar para importir luar negeri atas produk-produk AS, sehingga meningkatkan permintaan luar negeri atas produk-produk AS. Dolar yang lemah juga cenderung meningkatkan harga yang dibayar para importir AS bagi produk-produk luar negeri, sehingga mengurangi permintaan AS terhadap produk-produk luar negeri.
Pada bulan Juni 1992, sebuah mobil Jepang yang berharga 3 juta Yen dijual seharga $ 23.662 di AS, dengan kurs sebesar 127 yen per dolar (JPY 1 = $ 0,0078). Pada bulan Juni 1993, mobil yang sama berharga $ 28.037, dengan kurs/nilai tukar sebesar 107 yen per dolar (JPY 1 = $ 0,0093). Dalam 6 bulan pertama tahun 1993, ekspor Jepang menurun ke tingkat terendah dalam 14 tahun. Penurunan ini sebagian besar diakibatkan oleh menguatnya Yen.
Dalam beberapa periode, seperti akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an, terdapat hubungan terbalik antara nilai dolar dengan neraca perdagangan AS. Namun, dalam periode-periode yang lain, hubungan terbalik ini tidak muncul, karena adanya interaksi antar faktor.
2.5. Interaksi antar faktor
Karena faktor-faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan saling berinteraksi, dampak simultan mereka atas neraca perdagangan sangatlah kompleks. Sebagai contoh, karena inflasi AS yang tinggi mengurangi neraca berjalan, inflasi tersebut juga menekan nilai dolar untuk turun (hal ini akan dibahas pada topik 4). Karena dolar yang lemah dapat memperbaiki neraca berjalan, maka sebagian dampak inflasi atas neraca berjalan akan ditutupi oleh dampak dari melemahnya dolar.
2.6. Memperbaiki Defisit Neraca Perdagangan
Dengan mempertimbangkan kembali sejumlah faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan, dimungkinkan untuk mengembangkan beberapa metode umum untuk memperbaiki defisit. Setiap kebijakan yang akan meningkatkan permintaan luar negeri atas produk-produk domestik akan memperbaiki posisi neraca perdagangan. Permintaan luar negeri dapat meningkat jika harga ekspor menjadi lebih menarik. Hal ini dapat terjadi jika inflasi dalam
.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Neraca Modal
Sama seperti arus perdagangan, masing-masing pemerintah memiliki wewenang atas arus modal yang keluar masuk negaranya. Pemerintah suatu negara dapat misalnya, mengenakan pajak khusus atas laba yang diterima para investor local dari investasi di luar negeri. Pajak semacam ini kemungkinan besar akan menurunkan minat investor dalam negeri untuk investasi ke luar negeri dan karenanya dapat menaikkan neraca modal negara tersebut. Negara-negara lain yang dirugikan oleh pajak ini, dapat juga mengambil langkah balasan dengan mengenakan pajak yang serupa atas para investor lokal mereka. Dampak akhir dari situasi ini adalah menurunnya investasi para investor lokal di berbagai negara.
Arus modal juga dipengaruhi oleh perangkat-perangkat pengendali arus modal yang diciptakan oleh pemerintah. Dalam beberapa decade terakhir, perlahan-lahan telah terjadi liberalisasi perangkat pengendali arus modal internasional. Sejumlah negara seperti Kanada, Jerman, dan AS sejak dulu tidak memiliki banyak perangkat pengendali arus modal. Negar-negara lain seperti Finlandia, Spanyol dan Swedia secara umum sebaliknya mengenakan kontrol yang sangat restriktif atas arus valuta domestik ke luar negeri. Cara ini biasanya dirancang untuk menanggulangi kelemahan structural dalam posisi neraca pembayaran mereka.
Perkiraan pergerakan nilai tukar oleh para investor yang kemudian tercermin dalam harga sekuritas dapat juga mempengaruhi neraca modal. Jika valuta suatu negara diperkirakan akan meningkat, para investor luar negeri mungkin mau berinvestasi dalam valuta negara tersebut agar dapat mengambil keuntungan dari apresiasi valuta. Sebaliknya, ceteris paribus, saldo neraca modal sebuah negara akan menurun jika valutanya diperkirakan akan melemah.
Pada saat mengevaluasi mengapa neraca modal suatu negara berubah atau bagaimana akan berubah di masa depan, semua factor harus diperhitungkan secara simultan. Sebuah negara tertentu mungkin mengalami penurunan neraca modal bahkan pada saat suku bunga dalam negerinya sedang menarik, jika valuta negara tersebut diperkirakan akan mengalami depresiasi.
CONTOH NERACA PEMBAYARAN
Contoh Neraca Pembayaran A.S tahun 1990
(dalam Milyar USD)
Kredit Debit
a). Ekspor barang-barang sipil $ 385.6
c). Penjualan alat militer ke luar negeri 9.7
Neraca Perdagangan = a+c – (b+d)
e). Ekspor jasa; (penerimaan pendapatan
investasi dan fees, turisme di AS) $ 246.5
Neraca Berjalan = a + c + e –(b + d + f + g)
h). Investasi swasta asing di AS 45.3
j).Pinjaman negara asing di AS 14.6
Neraca Modal = h + j – (1 + k)
Cadangan devisa negara
m). Selisih yang belum dapat diperhitungkan
(Error and Omission) 66.8 b). Impor barang-barang sipil $491.1
d). Pembelian alat militer 15.1
= Defisit $111.3
f). Impor jasa (wisata ke luar negeri,
pembayaran pendapatan investasi) $212.3
g) Trasnfer unilateral (pemberian-2) 15.8
= Defisit $ 92.9
i). Investast swasta AS di luar negeri 29.8
k). Pinjaman pemerintah AS di luar negeri 2.5
= surplus $ 27.6
l). Kenaikan neto cadangan AS 1.5
= defisit $ 1.5
Posting Komentar